Jurnal 30, Bab 6, Patung Beningku
Malam yang panjang namun entah kenapa aku merasa berbunga. Bukan, aku sedang tidak jatuh cinta jika itu yang kau maksud. Tapi bisa jadi aku memang jatuh cinta , namun aku tidak tahu pada siapa aku rela terjatuh.
Aku hanya ingin berguling di padang rumput yang subur, kau tahu?Mendengarkan desiran angin yang berhembus dan membuat para rerumputan itu menjadi ombak berwarna hijau.
Aku berenang diantaranya.Seperti ikan yang sedang bergembira.Oh ya , kau benar aku tersenyum lebar.Sangat lebar layaknya anak kecil yang baru saja dibawa ke taman impiannya.
Tidakkah kau bisa merasakannya? Wahai patungku yang tengah bersedih?
Wajahmu bermuram durja layaknya langit mendung yang ingin menangis. Apakah benar hancur duniamu karena ia yang tak perlu kusebut?Apakah kau masih meratapi hal hal yang begitu tidak penting untuk diratapi?
Aku mencari harapan dari kedua matamu yang kosong.Kuintip jendela hatimu.Oh ya ampun, begitu rusaknya dinding hatimu.
Aku mencari dan terus mencari celah. Tapi patungku yang muram tak memberi celah.Jadi, aku hanya berada disampingnya.Menunggu sang mentari mencairkan dinding es yang membalutnya.
Sang manusia es, patung beningku yang tak tahu jalannya pulang.Ia berpikir ini adalah akhir dari segala-galanya.Tapi aku, aku berpikir , ini adalah awal dari kebangkitannya.
Haruskah kuadakan upacara sakral agar harapan masuk ke dalam dirinya?
Aku membaringkan sang patung agar kami bisa melihat hamparan bintang di angkasa. Kau lihat betapa indahnya mereka itu?
Aku terus menemani sang patung.Terus bercerita padanya tentang berbagai hal. Sengaja membuatnya bosan dan akhirnya membentakku.Berhenti menjadi patung pemalas, ujarku. Tapi sekali lagi aku menoleh. Dia tidaklah pemalas, dia hanya terlalu lelah untuk bergerak.
Aku merangkulnya.Menyanyikan lagu nina bobo untuknya.Membuat kami berdua tertidur lelap di alam yang penuh kasih tak bersyarat ini.Mungkin nanti ia berhasil bangun.Ya ,mungkin.
Bersama kehangatan mentari, ia akan menyambutku dengan ucapan: selamat pagi. Menyadarkan aku bahwa matahari akhirnya telah terbit kembali. Menyadarkan aku bahwa ia adalah bagian dariku yang kembali menyatu.
- Amalia FR
Comments
Post a Comment