Bab 6 - Pengambilan Tak Terduga
Ikegaard membentangkan kedua sayapnya.
Dia merasakan sebuah nostalgia, dimana kedua kakinya tidak lagi menjejak tanah.
Ia melihat ke sekelilingnya , tak ada lagi yang tersisa dari Cecane. Bahkan butiran debunya pun tidak ada.
Pelan-pelan Ikegaard mengepakkan sayapnya, menuju lorong atas, puncak dari pohon.
Seandainya Cecane terbang bersamanya.
Ikegaard terbang melayang tinggi, lagi dan lagi.
Langit malam begitu cerah, penuh dengan taburan bintang yang gemerlap.
Ikegaard menutup kedua matanya dan membayangkan busur dan panah. Ya, dia masih bisa merasakannya. Tangannya menjadi lebih ringan dan tidak lagi berwarna perak. Ia kini memegang busur dan beberapa anak panah di punggungnya. Dia menjadi Eros kembali.
Kutukan Aphrodite di Adapa hanya berlaku pada Aslan dan karenanya Ikegaard dapat terbang bebas meninggalkan pulau dengan mudahnya.
Tapi kemudian, dari arah atasnya, Ikegaard dapat merasakan kehadiran seseorang.
Sans terbang cukup tinggi di atasnya dengan membidikkan anak panah ke arah Ikegaard.
"Behentilah berbuat bodoh dan pulanglah!"
Ia berteriak pada Ikegaard.
Namun Ikegaard menggunakan busur panahnya. Ia kemudian membidikkan anak panahnya kepada Sans.
"Cecane sudah mati!" Ikegaard berteriak dengan lantang. "Apa kau puas?"
Sans tidak menggubris. Matanya tajam terpaku pada Ikegaard dengan tangan siap melepaskan anak panah.
"Katakan sesuatu!" teriak Ikegaard lagi.
Sans melepaskan anak panahnya dan anak panah itu terpecah menjadi lima bagian, menerjang cepat dan merubah diri menjadi tali.
Ikegaard menembakkan anak panahnya ke atas dan anak panah itu pecah dan membentuk sebuah perisai berupa gelembung transparan yang mulai memancarkan api. Lidah api segera melawan tali yang terus berusaha membelit dari segala arah.
Sans kembali menembakkan anak panahnya. Kali ini begitu cepat dan menancap ke bagian depan gelembung Ikegaard. Dengan cepat perisai Ikegaard berubah menjadi es padat dan tebal.
Ikegaard merasakan adanya serangan panah yang berikutnya. Terdengar bunyi retakan dan perisai Ikegaard pun terbelah.
Ikegaard terbang melesat ke atas saat para tali itu berusaha membelitnya. Ia terbang mendekati Sans dan mereka berhadapan. Sans menatapnya begitu dingin dengan mata merah mudanya.
"Ikutlah denganku atau kau mati," Ikegaard cukup dekat sehingga anak panahnya bisa langsung menerjang jantung Sans.
"Kau tidak cukup berani untuk membunuhku," gumam Sans, datar. "Itulah kelemahanmu."
Tali-tali itu langsung membelit Ikegaard dan dia bisa merasakan kedua sayapnya ditarik ke segala arah.
Sans terbang ke atas dan segera membidikkan anak panahnya ke arah Ikegaard. Dengan cepat anak panah itu terpecah dan tiba tiba Ikegaard bisa merasakan kedua sayapnya jatuh melayang ke bawah.
Sans terbang mendekat dan tangannya langsung menarik paksa jantung Cecane keluar dari Ikegaard. "Kau tidak layak mendapatkannya. Kau terlalu lemah," bisiknya di telinga Ikegaard.
Lalu tali yang membelit Ikegaard terbuka dan Ikegaard merasakan tubuhnya melayang ke bawah dengan cepat. Menghantam pepohonan, ranting-rantingnya melukainya dan kemudian tanah yang basah langsung memeluknya.
Ikegaard terkapar. Terluka. Tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
-Aslan Sang Pemberontak
Amalia FR
Comments
Post a Comment