Bab 3 - Puzzle Pikiran
Dia tidak bernapas
Dia mengalami dehidrasi hebat.
Dimana paramedis? Dimana mereka? Aku butuh mereka sekarang!
Anak ini selamat!
Anak ini harus selamat!
Siapapun, lakukan sesuatu sekarang!
Lee membuka kedua matanya. Akhirnya dia terbangun dari mimpinya.
"Hidup kadang memang menyebalkan untuk orang terkenal, " terdengar gumaman Gayle dalam aksen Inggrisnya yang kental . Dia duduk manis di sofa dekat Lee sambil memeluk bantal. Di seberangnya Jean menggerutu dalam bahasa Prancis.
Jean merupakan perempuan muda yang cerdas dengan lidah super tajam. Dia tinggi dengan ukuran badan seperti seorang model. Rambutnya dipotong pendek dan berwarna pirang keemasaan. Menonjolkan mata hijau yang penuh ambisi. Sementara itu Gayle adalah seorang laki-laki jangkung dengan rambut ikal berwarna merah. Matanya biru pucat dan dia suka sekali tersenyum sinis.
"Aku tidak mengerti kenapa kau harus menonton acara gosip seperti ini, " kata Jean, kesal." Tidak adakah acara lain yang bisa ditonton? "
" Akhirnya kau bicara dalam bahasa yang normal, dear, " Gayle membalas dengan semangat.
"Untuk apa kita harus menonton Bill Hefner?Bukankah seharusnya kita menonton berita tentang apa yang terjadi dengan anak-anak di Irak dan negara dunia ketiga lainnya?"
"Kau iri karena tulisanmu tidak menarik perhatian dunia internasional sementara perceraian Bill Hefner bisa? "
"Mungkin karena semua orang sudah tidak ingin mendengarkan sesuatu yang realistis."
"Apa yang salah dengan itu? "
Jean angkat bahu.
"Semua orang suka skandal, Jean. Itu realita yang harus kau pahami. Semua orang suka mendengarkan berita buruk tentang orang lain. Itu akan membuat mereka merasa beruntung."
"Mereka beruntung tidak terbangun dengan bunyi letusan senjata api?"
"Kau membahas Detroit atau Irak?"
"Detroit tidak menggunakan misil atau bom. Kau tidak akan tahu apa yang terjadi besok. Mungkin kau akan kehilangan anggota badanmu, mungkin juga anggota keluargamu. "
"Detroit juga tidak punya minyak seperti Irak."
"Entah kenapa aku harus berdebat denganmu. "
" Akui saja. Semua orang disini suka Bill Heffner. Mereka tidak suka dengan orang-orang Irak. Terima kasih pada media karena sudah mendiskreditkan mereka seolah mereka semua adalah teroris. Bahkan anak-anak dianggap begitu."
"Kau mendiskreditkan media. Apa kau sadar itu?"
"Kau hanya tidak ingin mengakui bahwa semua omong kosong seperti hancurnya rumah tangga Bill Heffner dan bahwa anaknya kabur lebih penting ketimbang apa yang terjadi di Irak sana. Kita lebih tertarik dengan orang yang hampir sama dengan kita. Orang Amerika suka Bill versi mereka. Orang Irak suka Bill versi Irak."
Lee mengambil kacamatanya. Dia melihat jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Dalam dua jam lagi dia harus sudah berada di bandara.
"Lee orang Amerika, dia tidak suka Bill. Bukankah begitu, Lee? " Jean mencari dukungan.
"Lee adalah manusia aneh tapi Yolanda tidak. Jadi tentu aku harus tahu apa alasannya Bill bercerai dengan istri keduanya itu. Setidaknya aku harus mengerti apa yang akan dibicarakan dengannya nanti malam."
"Kau masih mengejarnya?" Jean mengeluarkan pandangan jijik. "Dia baru saja bercerai, ya ampun."
Gayle tersenyum senang, "Itulah bagian terbaiknya. Perempuan yang baru saja bercerai memiliki banyak emosi yang harus disalurkan. Aku tidak masalah menjadi pelampiasannya."
"Kau menjijikkan, " gumam Lee, kemudian.
Jean bertepuk tangan." Akhirnya! "
Gayle tertawa terbahak-bahak. Tampak sangat puas. Ia kemudian menaikan volume suara TV.
"Kau akan tetap pergi?" Jean mengalihkan pandangannya kepada Lee.
Lee menganguk sambil merogoh selinting ganja dari celananya. "Hanya satu hari. Jadi apakah kau akan menginap disini?"
"Bagaimana dengan Larry?"
"Dia tidak akan menginap hari ini. Dia sedang menyelidiki sesuatu. "
"Tentang kematian Vablatsky," sambung Gayle. "Dia memintaku untuk melakukan autopsi."
"Vablatsky? ", ulang Jean." Apa yang terjadi dengannya?"
"Irin Vablatsky, dia seorang pramugari yang ditemukan meninggal di kabin pesawat itu. Apa kau tidak pernah mendengar beritanya? "
"Bukankah dia terkena serangan jantung?"
"Salah, " balas Gayle, bangga."Aku dan Larry yakin dia dibunuh sebelum pesawat mendarat. Yang perlu kulakukan adalah membuktikannya."
"Siapa yang membunuhnya?"
"Berkencanlah denganku dan kau akan mendapatkan jawabannya, " Gayle mengerling nakal.
Jean menunjukkan jari tengahnya pada Gayle.
Lee menghisap dalam-dalam ganja yang baru saja dibakarnya. Dia merasa sangat lelah dan tidak nyaman dengan peperangan yang terjadi di depannya . Di saat yang bersamaan, di dalam kepalanya terdapat semacam puzzle yang sengaja diberantakan untuknya. Puzzle tentang kejadian pada malam dimana dia harus bersembunyi di sebuah tempat. Kejadian dimana ia tidak lagi dapat mengingatnya dengan baik.
- Selamat Pagi, dr. Biel, Bab 3, Amalia FR
Good blog.
ReplyDeleteGood story too.