Jurnal 30, Bab 7, Elegi

Mata ini terasa berat,  kawan.

Sebagian karena memang sudah saatnya menutup dan hilang kesadaran. Namun sebelum itu terjadi, kupastikan kau berada pada tempat teramanmu juga.

Kusebutkan mantra pelindung agar kau tak perlu melihat sisi busuk dunia dengan segala keserakahan yang ada.

Spesies yang menjadi bagian tak terhindarkan dari keegoisan butanya. Kau dan aku adalah bagian itu. Namun kita tak perlu mengikutinya.Kita tidak perlu harus mengotori tangan atas kemenangan sesaat dan kemudian yang tersisa hanyalah kesialan dan kekalahan yang terakumulasi.

Lagi, lagi dan lagi.

Manusia , begitu kita menyebutnya, senang sekali menjerat leher mereka sendiri . Tak sadar betapa tali itu semakin menyesakkan sejauh mereka melangkah. Tapi aku tak akan membiarkanmu begitu. Maka kubisikan padamu sebuah nyanyian angin malam, yang menemanimu pada alam bawah sadarmu.

Mengapa kekejian merajalela bukanlah suatu pertanyaan baru.Itu hanyalah sebuah pertanyaan klasik yang semua orang hanya suka mengulangi namun tak pernah ingin memberikan jawabannya.

Kita lebih suka menutup mata. Menumpulkan ketajaman pendengaran. Berhenti bicara begitu berada di tempat teramannya masing masing . Biarkan yang lain menjerit.Mari berdiri melihat lautan para penjerit dibawah kaki.Itulah pikiran mereka.

Mereka baru akan bergerak ketika akhirnya menerima kesialan yang nyaris serupa.Selebihnya, tak ada yang bisa kau harapkan.

Aku dan kau bisa membacanya, rahasia tergelap yang terselip pada relung sanubari sang picik.Tapi ironis bagimu dan aku, kita hanyalah sebagian dari para penjerit yang menunggu untuk terkubur hidup- hidup. Kemudian hilang bagai ditelan bumi.

Tidak, tidak. Tentu saja kita tidak akan berakhir begitu saja.

Marilah kuperkenalkan sang ibu pertiwi nan cantik yang telah lama dicatut namanya untuk kepentingan para penjaja kebohongan. Ia tak pernah memihak siapapun.Ia merangkul kita semua.Kitalah yang gemar memecah belah.

Seonggok daging dan air yang berlalu lalang pada titik debu dengan dagu terangkat, kerap menginginkan kekuasaan atas yang lain meskipun kekuasaan itu beranak pinak dan saling menginjak kepala. Dapatkah kau melihat keironisan yang ada?

Kawan?

Amalia FR

Comments

Popular Posts