Bab 3 - Pengakuan Rayana

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Tiba-tiba terdengar sebuah suara.

Saat itu Karupta sedang memilin akar pepohonan Silas. Ya, Silas memiliki akar bercabang yang lembut dengan panjang dua meter. Cabangnya berwarna hitam namun pilinlah maka ia akan menjadi sekuat ular piton dalam meremukkan siapapun yang terjebak didalamnya.

Karupta tersenyum.

Ia melihat Rayana, pujaan hatinya yang begitu ia inginkan dalam kehidupannya.

Mata Rayana yang cekung bersinar redup.

Karupta punya dua pilihan.

Mengakhiri nyawanya atau mengakhiri nyawa Rayana. Lelaki yang membuatnya harus menghancurkan hatinya kepada Aslan sang pencabut harapan.

Karupta mengingat kembali masa-masa indahnya bersama Rayana. Namun masa masa itu begitu lama dan waktu berjalan begitu cepat.

"Jelas apa yang kulakukan sudah kau mengerti," Karupta mencoba tersenyum.

"Apakah aku yang membuatmu seperti ini?" Rayana bertanya.

Karupta tidak ingin menatap mata Rayana. Itu hanya akan membuatnya sedih.

"Kau membiarkan ia mengambil hatimu?"

"Aslan?"

Karupta menatap Rayana sekilas kemudian mengalihkan pandangannya jauh ke dalam hutan yang sangat gelap.

Rayana menganguk. Wajahnya yang cekung tampak sedih meskipun guratan ketampanan masih tampak dengan jelas di bawah sinar rembulan malam itu.

Karupta ikut menganguk.

Rayana tampak lemas. "Biarkan aku duduk di sampingmu."

"Kau akan terlilit juga."

"Seharusnya aku yang berada disana."

Karupta menatap bingung.

"Ini semua salahku," Rayana menjadi begitu tak berdaya. "Aku berdoa pada Silas meminta kau mengakhiri hidupmu."

"Kenapa?"Karupta terperanjat.

"Karena kupikir kau tidak pernah mencintaiku."

Karupta menatap mata Rayana dengan tak percaya. "Kau memilih mengakhiri hidupku dan bukan dirimu?"

Rayana menganguk sedih. "Aku tidak tahu kau memiliki perasaan padaku seperti yang kurasakan saat ini."

Karupta menangis. "Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"

"Karena aku begitu takut kau tidak membalasnya."

Karupta meletakkan pilinannya. Ia sudah selesai. Di akhir hayatnya, dimana ia memilih mengakhiri hidupnya, sadarlah ia bahwa ia memilih mencintai orang yang salah. Rayana lebih memilih untuk membunuhnya.

Pelan pelan pilinan itu menjerat leher Karupta yang kecil. Karupta merasa sangat sesak. Tapi bukan pilinan itu yang membuatnya begitu. Dia hanya merasa tak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya.

Di sampingnya, Rayana menangis keras sambil menjerit minta maaf berkali kali. Berharap semua itu bisa dihentikan. Tapi Silas tidak peduli, dia tak bisa mendengar dan terus meremukkan Karupta dengan mudahnya. Terdengar bunyi retakan tulang dimana-mana.

Aslan menatap apa yang terjadi dengan iba. Ia bersembunyi di balik Silas karena itulah rumahnya. Tapi dia bisa melihat salah satu Eros yang dikenalnya terbang di sekitarnya. Ia terbang begitu anggun dengan sinar putih yang menyilaukan. Tak lama ia berhenti dan membidik Rayana. Memanah tepat di jantungnya.

Rayana terjatuh dengan sebuah panah emas masuk ke dalam jantungnya dan menghilang begitu saja.

Ia tak lagi menangis.

Wajahnya begitu segar dan sehat. Tak ada lagi air mata penyesalan.

Sekali lagi ia jatuh cinta. Melupakan Karupta yang kini sudah remuk dalam pilinan Silas. Mati dan tak lagi dikenang.

Tanpa bersedih, Rayana berjalan pergi.

Silas menghilang bersama dengan Karupta yang sudah menjadi butiran halus.

Aslan menangis.

Ia merasa dunia buatan Aphrodite sudah melampaui batas. Aphrodite hanya menyukai kegilaan. Ia berpikir bahwa segalanya begitu luar biasa padahal banyak kecacatan yang ia buat

Aphrodite yang dulunya bersahaja merubah segala hal yang indah menjadi begitu penuh siksaan. Ia ingin semuanya merasakan apa yang dialaminya ketika kehilangan Adonis. Kekasih hatinya yang tercabik tak bernyawa. Aphrodite begitu mencintainya hingga ketika Adonis tidak lagi ada , ia memilih untuk tak lagi tersenyum pada dunia.

Ia lebih memilih untuk marah dan membuat aturan tak terkendali. Membiarkan Eros menembakkan panah cintanya yang tak berbalas kepada para manusia yang tak tahu dengan benar apa itu cinta. Manusia yang merupakan spesies paling bodoh namun begitu arogan dalam memahami segala hal, pada akhirnya akan hancur berkeping-keping karena sang panah.

Mereka akan terus berdoa pada Aphrodite untuk merasakan jatuh cinta lagi, kemudian merasakan cinta tak berbalas dan memilih membunuh sang terkasih karenanya. Menggadaikan nyawa orang yang didoakannya pada Silas agar tertarik hilang dari dunia. Membuat dirinya menjadi mudah untuk dipanah kembali oleh Eros untuk merasakan cinta. Merasa hidup sekali lagi dan lagi.  Begitulah lingkaran setan yang dibuat Aphrodite untuk manusia.

Seandainya ada cara bagi Aslan untuk menemui Zeus . Mungkin Zeus akan dapat menghentikan anak perempuannya itu.

***

Amalia FR

Comments

Popular Posts