Bab 10 - Sulutan Pertama

"Larry melamarmu?"

Jean tampak semangat.

Lee tersenyum sambil menunjukkan cincin mungil di jari manisnya.

Berbeda dengan Jean, Geraldine tampak menjadi sedikit tidak suka. Dia begitu pendiam di meja kerjanya.

"Kapan kalian akan menikah?" buru Jean sambil memegang jemari Lee.

"Mungkin tahun depan."

"Apa kau akan memberitahunya mengenai apa yang kita lakukan selama ini?" tiba-tiba Geraldine bicara.

Lee menggeleng. "Tentu saja tidak."

"Tapi dia akan menjadi suamimu dan dia FBI. Apakah kau sadar itu?"

Jean berhenti memegang jari Lee dan mundur selangkah. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukan interupsi. Geraldine tidak ingin tidak diperhatikan.

"Aku sadar akan hal itu. Tapi aku yakin dia tidak akan pernah tahu," Lee memberikan jawaban yang tidak dapat ia yakini. Dia tidak akan tahu apakah dia dapat menutupi rahasia terbesarnya itu dari Larry.

"Larry akan membahayakan kita semua. Segala rencana kita bisa berakhir. Segalanya."

Lee merasa sangat bersalah. Haruskah dia memikirkan ulang rencana pernikahan yang sempat ia bahas dengan Larry semalam?

Suasana hening cukup lama.

"Aku rasa aku harus pergi sekarang, Geraldine," Jean berusaha memotong. "Aku harus menemui Gylenhall. Dia akan memberikan informasi baru tentang Heffner. Aku tidak bawa mobil jadi aku harap Lee bisa mengantarkanku."

Jean menatap Lee dan Lee tahu dia berusaha menyelamatkannya.

Geraldine tak menjawab apa-apa dan sibuk membuka berkasnya.

Baik Lee dan Jean akhirnya beranjak pergi.

"Pagi yang buruk, bukan?"

Jean berbicara lagi setelah mereka berada di koridor , jauh dari kantor Geraldine.

"Seharusnya aku tidak membicarakan ini," gumam Lee, masih memikirkan kata-kata Geraldine. Mungkin ini justru akan menjadi malapetaka.

"Hei," Jean memegang bahu Lee. "Kau berhak untuk menjadi manusia. Terus terang aku senang kau bersamanya. Kau terlihat jauh lebih bahagia ketika Larry berada di dekatmu."

Lee tersenyum dan membenarkan kaca matanya. "Entahlah, ini sangat asing. Aku menyukainya."

"Aku harap kita bisa menyelesaikan proyek besar kita sebelum kau menikah. Jadi kita semua bisa hidup dengan tenang. Oke?"

"Aku harap begitu. Omong-omong, apakah kau bertemu dengan Gayle? Atau berbicara dengannya?"

Jean tiba-tiba teringat dengan sesuatu. "Oh, kau tidak perlu bingung. Dia sepertinya sedang sibuk dengan perempuan barunya. Aku melihat mereka di gerbang apartemennya."

"Apa yang kau lakukan disana?"

"Aku ingin mengajaknya ke apartemenmu. Kau tahu?"

Lee tersenyum maklum. Jean dan Gayle sebelumnya adalah sepasang kekasih sampai akhirnya Jean memutuskannya karena Gayle terus meniduri banyak perempuan di apartemen mereka berdua. Akibatnya Lee sempat merasakan perang dingin di antara keduanya selama lebih dari satu tahun. Lee bahkan tidak tahu harus bagaimana ketika keduanya memaksanya untuk memutuskan berpihak kepada siapa.

"Aku pikir dia sedang mengejar perempuan yang baru bercerai itu."

"Si penggemar Heffner itu?" Jean mendengus. "Dia tidak berhasil menidurinya karena ternyata si perempuan hamil. Tidak ada yang tahu siapa yang melakukannya, tapi dia bilang bukan dia ayahnya."

Lee ingin meninju Gayle terkadang. Dia tahu Gayle dan Jean sama sama keras kepala namun saling membutuhkan. Dia hanya berharap salah satunya bisa melepaskan egonya . Setidaknya dia berharap Gayle yang melakukannya karena dia selalu mengatakan ingin kembali dengan Jean meskipun kelaminnya sepertinya tidak satu pemahaman.

Ah, tiba-tiba Lee merindukan Gayle.

***

Selamat Pagi, dr. Biel!

Amalia FR

Comments

Popular Posts