Bab 11 - Laki - Laki Misterius
Lee menatap dari kejauhan.
Sebuah Lexus LX 570 berwarna putih tulang milik Gayle akhirnya berhenti di tempat parkirnya di pojokan.
Lee merasa lega mengetahui bahwa Gayle baik-baik saja.
Dia baru saja akan menjalankan Audinya ketika akhirnya menyadari yang keluar dari dalam mobil bukanlah Gayle.
Lee memastikan kembali nomor polisi mobil itu dan ia yakin bahwa itu merupakan nomor polisi milik mobil Gayle.
Lee memperhatikan sosok yang baru keluar dari dalam mobil. Seorang laki-laki berumur kurang lebih 50 tahun dengan tubuh bugar ala militer. Rambutnya putih cepak.
Lee kemudian memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak lagi.
Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.
Jadi dia mengikuti laki-laki tersebut.
"Ya?"
Pintu apartemen Gayle terbuka.
Laki-laki tua yang diikuti oleh Lee menyambutnya dari dalam.
"Hai, maafkan aku, tapi bisakah aku meminjam teleponmu?" tanya Lee. "Ponselku mati dan sial sekali hanya suamiku yang membawa kunci apartemen."
"Ah," si laki-laki tua itu tersenyum maklum. "Kau bisa menggunakannya. Ada di ruang TV."
Lee segera masuk ke dalam. Memperhatikan isi apartemen Gayle. Ya, ini apartemen Gayle namun tidak ada Gayle. Ini aneh.
"Bagaimana?" si laki-laki tua tadi muncul di belakang Lee sambil membawa sebotol air mineral dingin.
"Dia tidak mengangkatnya," Lee menjawab dengan nada pasrah. "Aku rasa aku akan memanggil tukang kunci saja."
"Ah , baiklah," kata si laki-laki itu. "Omong-omong namaku John," dia berinisiatif memperkenalkan dirinya.
Lee segera menjabat tangan John. "Elizabeth."
"Senang bertemu denganmu, Elizabeth," John mencengkram tangan Lee dengan kuat.
"Senang bertemu denganmu juga, John," balas Lee.
John memiliki aksen Australia yang tidak dapat ditutupi dan dia cukup ramah menawarkan minuman kepada Lee.
"Sepertinya aku baru melihatmu disini," kata Lee sambil meminum air mineral yang diberikan John. "Kau baru pindah?"
"Ya, aku dari Madrid dan aku menginap di tempat ini. Milik anakku."
"Ah," Lee berusaha memahami meskipun dia tahu Ronald Adler , ayah Gayle, sudah meninggal beberapa tahun lalu karena penyakit jantung.
"Kuharap kau suka tinggal disini, omong-omong, sebaiknya aku pergi sekarang," pamit Lee. "Terima kasih banyak atas bantuannya."
"Aku senang bisa membantumu."
Lee berjalan menuju pintu diiringi John yang berjalan begitu mantap di belakangnya.
"Jadi, " kata John membuka pintu. "Dimana kau tinggal?"
"Oh," kata Lee berusaha untuk tenang. "Satu lantai di bawahmu. Tapi kau tahu orang-orang begitu sombong sehingga tidak ada yang membantuku. Untungnya kau membuka pintu jadi sekali lagi aku berterima kasih, dan.. Ah Catherine senang akhirnya kau datang." Lee menyapa Jean yang tengah berjalan mendekat di koridor.
"Kau membawa kuncinya?" tanya Lee.
Jean yang sudah terbiasa dengan role play akhirnya mengikuti dengan sangat baik. "James menitipkannya padaku."
Lee tersenyum dan berpamitan dengan John. Ia lalu berjalan dengan merangkul Jean.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?"
Lee mulai bertanya ketika mereka berada di tempat parkir.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja. Dia..dia tidak pernah selama ini tidak mengangguku," ujar Jean, pelan. Dia menjadi sedikit salah tingkah dan memainkan ujung rambutnya.
"Aku pikir Gayle tidak sedang baik-baik saja. Ada sesuatu yang tidak beres."
"Mengenai apa?"
Belum sempat Lee menjawab, tiba-tiba ponsel Jean berbunyi.
"Kau yakin, Imongen?"
Jean menggingit kukunya. Tak lama dia pun menatap Lee.
"Geraldine," kata Jean, cepat. "Dia masuk rumah sakit."
***
- Selamat Pagi, dr.Biel!
Amalia FR
Comments
Post a Comment