Bab 7 - Sosok Penyelamat

Ikegaard terhenyak berjam-jam, bahkan berhari-hari.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Luka pada punggungnya karena kedua sayapnya yang patah terasa tidak sebanding dengan keadaan luka pada dadanya.

Ketika Sans mengambil satu-satunya harapan yang dikorbankan Cecane seumur hidupnya, tidak ada yang mampu mendeskripsikan apa yang dirasakannya di dalam.

Sebuah pengkhianatan yang merenggut kepercayaannya lebih buruk dibandingkan luka fisik yang dialaminya kini.

Entah apa yang sekarang akan dilakukan Ikegaard tanpa jantung Cecane . Tanpa sayapnya. Dia kembali menjadi Aslan yang tak berdaya. Tak bisa melakukan perlawanan.

Ikegaard sangat ingin mati sekarang ini.

Tiba-tiba terdengar bunyi derak ranting yang terinjak tak jauh darinya.

Ikegaard tak berniat menggerakkan bola matanya yang kelabu. Ia bahkan mengabaikan langit yang terus menangis seolah mengerti apa yang dirasakannya saat itu.

"Apa kau hantu?"

Terdengar suara setengah berbisik dan di atasnya terlihat sebuah sosok.

Ikegaard mengerjapkan kedua matanya yang basah tertutup air hujan. Tampak sosok perempuan berwarna putih terang sedang memandangnya dengan kedua mata tajam berwarna cokelat terang. Rambutnya panjang berwarna hitam legam dan dia tampak normal seperti manusia pada umumnya.

"Kau punya tangan yang cacat?" tanya gadis itu, ramah

Ikegaard lagi - lagi tidak menggubrisnya. Dia hanya ingin sendirian.

Kemudian perempuan itu merunduk cepat dan menjetikkan jemarinya.

Ikegaard merasa sangat hangat dan hujan tidak lagi membasahinya.

"Pooka," bisiknya kepada Ikegaard dengan mata waspada.

Pooka merupakan peri bungkuk yang gemar membuat kekacauan. Mereka muncul pada malam hari di pedesaan atau di pesisiran.

Pooka merusak pertanian, menghancurkan pagar dan mengganggu binatang. Kadang mereka hanya berdiri di luar rumah pertanian dan memanggil orang-orang di dalam rumah dengan nama mereka.Orang yang terpancing keluar akan dibawa pergi oleh mereka.

"Oke, mereka sudah pergi," bisik perempuan itu.

Ikegaard tanpa sengaja menatap sesuatu yang berada di balik bahu perempuan itu. Busur dan panah berwarna emas yang sangat familiar. "Siapa kau sebenarnya? Kau bukan manusia, bukan?"

Perempuan itu tersenyum, "Kau mungkin tidak percaya, tapi aku adalah Keeva. Anak Hedone."

Ikegaard dapat melihat sekelebat sayap kupu kupu di belakang punggung Keeva . Sayap berwarna putih bersih, berkilat terkena sinar rembulan.

Hedone merupakan anak dari Eros dan Psikhe. Pasangan legenda yang menjadi bersama dikarenakan kecemburuan Aphrodite atas kecantikan dari hati dan fisik seorang puteri.

Sang Puteri yang kemudian dikenal dengan nama Psikhe. Ia sangat dicintai rakyatnya , membuatnya menjadi lebih dipuja. Hal ini tentu membuat Aphrodite marah karena berkurangnya pemuja untuk dirinya. Ia pun mengutuk Psikhe dan
memberi perintah agar Eros membuat Psikhe jatuh cinta pada manusia terjelek yang pernah ada.

Sayangnya Eros jatuh cinta dan memutuskan untuk bersama Psikhe. Hal itu membuat Aphrodite makin marah.

Butuh banyak perjuangan bagi Psikhe untuk akhirnya dapat berhenti dibenci oleh Aphrodite. Pada akhirnya, dengan segala kerendahan diri yamg dimiliki, ia berhasil mendapatkan restu dari Aphrodite untuk bersama Eros. Ia kemudian diangkat menjadi Sang Dewi Jiwa dan tinggal di Olimpia.

Secercah harapan tiba tiba muncul di hati Ikegaard. Mungkin melalui Keeva ,ia dapat terhubung dengan Psikhe, juga Kreo. Ya, Kreo. Eros pertama yang sangat disayangi oleh Aphrodite .

Ikegaard ingin tersenyum. Ia sekali lagi menatap Keeva. Mungkin ini kesempatan keduanya.

***

- Aslan Sang Pemberontak

Amalia FR

Comments

Popular Posts