Bab 8 - Kesedihan Aphrodite
Aphrodite berdiri di jendela besar itu.
Sudah lama ia mengurung dirinya pada istana kelam yang ia buat jauh dari Olimpus.
Lukanya masih belum sembuh.
Adonis yang dicintainya dengan tulus telah pergi meninggalkannya.
Entah siapa yang membuat babi hutan itu menyerang sang terkasih. Apakah Artemis ataukah Ares.
Aphrodite merasa begitu ingin mengulang waktu. Seandainya saja saat itu ia menemani Adonis, mungkin segalanya akan berbeda.
Aphrodite mendesah lelah.
Tidak ada lagi gairah dalam dirinya semenjak Adonis tak lagi ada di sekitarnya.
Ia hanya sangat membenci dunia dan isinya. Tak ada yang bisa menyelamatkannya. Bahkan seluruh pecinta yang mengagungkannya tak lagi membuatnya merasa ingin hidup.
"Kupikir kau seharusnya kembali ke Olimpus."
Zeus dalam wujud elang tengah bertengger di bahu Aphrodite.
"Kami semua mencemaskanmu."
Aphrodite tak bergeming.
Ia hanya ingin kembali melihat Adonis. Dengan senyumannya yang memikat. Jiwa mudanya yang terpancar di sekelilingnya. Yang membuatnya merasakan sensasi luar biasa di dalam dirinya.
Tapi Aphrodite tahu bahwa Zeus tidak akan langsung mewujudkan apa yang diinginkannya tanpa ada imbalan tertentu. Jadi dia tidak ingin membuat permohonan apapun."Pergilah," gumamnya kemudian. Ia hanya ingin segera menutup kedua matanya. Ingin menenggelamkan dirinya dalam ingatan terakhirnya akan Adonis.
Zeus terbang meninggalkannya.
Aphrodite ingin mati dan bertemu dengan Adonis. Bisakah ia membunuh dirinya saja ? Tapi kemanakah ia pergi untuk bisa bersama Adonis? Dunia bawah?
Aphrodite tiba-tiba teringat akan Aslan.
Masih ada satu Aslan yang masih hidup.
Ikegaard.
Bagaimana caranya untuk memancingnya kemari dan membunuhnya dengan tangannya sendiri?
Aphrodite membuka kedua matanya.
Sepertinya dia tahu apa yang dapat dilakukannya.
- Pemberontakan Aslan, Bab 8, AFR
kapan lanjut lagi?
ReplyDelete