Bab 16- Karma Instan
Apakah semuanya sudah siap?"
Lee bertanya kepada Gayle.
Terdengar Gayle menjawab di telinganya sambil tertawa. Padahal hari itu dia baru saja mengalami cedera yang cukup parah. "Kapanpun kau siap."
Lee menatap Bill.
Laki-laki itu belum sadarkan diri dan ia kini sudah terikat di dalam dinding dimana seluruh tubuhnya kecuali wajah sudah dilapisi oleh semen.
Lee mengambil botol mineralnya dan menyiramkan sisa airnya kepada Bill. Dengan gelagapan, Bill akhirnya tersadar.
"Dimana ini?" katanya, panik. "Apa yang sedang kau lakukan padaku?"
Lee menyalakan ganja barunya. "Mari kita bersenang-senang, Bill."
"Lepaskan aku!" Bill menjerit. "Siapapun, tolong aku!"
"Ya menjeritlah sesukamu tapi kau tahu tidak akan ada yang mendengarmu disini. Aku pikir para pekerja renovasimu itu akan menemukanmu disini..dalam keadaan tak bernyawa. Nanti pagi."
"Ini bercanda, bukan?" Bill menatap dengan mata merah. Ia sepertinya ingin menangis."Darimana kau tahu rumah ini?"
Sepertinya Bill tersadar bahwa ia dibawa ke rumahnya sendiri oleh Lee. Rumah mewah yang terletak di The Hamptons, New York, seluas 48562 m² yang saat ini tengah direnovasinya besar-besaran.
Lee mendengar tentang rumah ini pada malam sebelumnya dimana Bill tengah mabuk. Dia mengatakan tengah merenovasi rumah itu dan akan menjadikannya istananya sendiri setelah bercerai dengan Alexandra.
"Tersenyumlah ke arah kamera itu," Lee menunjuk kamera dari laptop Bill.
"Darimana kau mendapatkan laptop itu?" Bill tampak panik.
"Ini laptop yang biasa kau gunakan untuk memberikan tontonan langsung pada kelompokmu, bukan?"
"Siapa kau? jawab aku!"
Lee tersenyum dan menggeleng sambil terus menghisap ganjanya. "Jadi, bagaimana jika kau ceritakan sedikit tentang kelompok rahasiamu."
"Kelompok rahasia? Apa maksudmu?"
"Oh ayolah, kau hanya punya waktu sedikit untuk pengakuan dosa. Kenapa kau tidak memutuskan untuk menjadi baik sedikit?"
Bill menangis. Dia menjerit , tak berdaya, tertanam di dalam dinding.
"Apa yang sebenarnya telah kalian lakukan?" Lee berusaha mengabaikan tangis Bill. "Kalian merasa lebih baik melakukan kekerasan dan bangga mempertontonkannya secara langsung. Seperti saat ini?"
"Kau benar-benar gila. Apa kau tahu itu?" Bill akhirnya berusaha mencoba tertawa. "Kau tahu? Mereka akan mencarimu dan kau tidak akan pernah bisa lolos. Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi!"
Lee tersenyum dan menunjuk ke kamera lagi. "Mereka sedang menontonmu sekarang. Ayolah, berikan sedikit hiburan untuk mereka."
Tiba-tiba ponsel Bill berbunyi. Ponsel itu diletakkan Lee di samping laptopnya.
"Ah, kita lihat siapa yang menghubungimu," Lee mengambil ponsel Bill dan langsung menjawabnya. "Ya?"
"Aku harap kau segera menyudahi permainan konyolmu ini. Lepaskan dia dan kau akan baik-baik saja."
Terdengar suara dingin tanpa aksen.
"Bagaimana jika aku tidak mau melepaskannya?"
"Aku akan mengejarmu dan membuatmu hidup dalam neraka abadi."
Sambungan telepon terputus.
Tiba-tiba Bill tertawa. "Kau akan mati, percayalah."
Lee tersenyum. "Kurasa kau sudah tidak berguna lagi."
Bill terdiam. Dia hanya memperhatikan Lee berjalan ke arahnya. "Mau apa kau?"
Lee terus berjalan tanpa bicara dengan mata tajam ke arah Bill.
"Siapapun, tolong aku!" jerit Bill seolah tahu apa yang akan terjadi padanya.
"Dia Georgina Davis! Dia 29 tahun! Rambutnya merah! Warna kulitnya putih dengan mata biru!" Bill mendeskripsikan identitas dan penampilan yang digunakan Lee untuk berhadapan dengannya. "Aku bertemu dengannya di Luck.."
Lee memasukkan paksa ponsel Bill ke dalam mulut Bill. Membuat kedua mata Bill terbelalak dan ia langsung tersedak. Tapi Lee terus mendorongnya. Lagi dan lagi. Itu adalah masa terburuk yang pernah dialami Bill dalam sepanjang hidupnya. Lee kemudian segera mendorong paksa kepala Bill lebih ke dalam dan dia melapisi wajah laki-lali itu dengan semen. Kedua mata Bill penuh air mata saat menatap Lee.
"Kau tidak lagi live," terdengar suara Gayle di telinga Lee.
Lee berbalik ke arah laptop. Dia hanya punya waktu sedikit sebelum seluruh pekerja bangunan yang akan merenovasi rumah ini datang.
"Aku sudah memindahkan semua datanya, " kata Gayle. "Kau dapat langsung menghancurkan laptop itu. "
"Baiklah, " Lee segera memgambil laptop itu tepat pada saat ponselnya berbunyi
"Hei," terdengar suara Larry yang lembut. "Aku baru saja sampai di apartemenmu. Apa kau ada?"
"Ah, " kata Lee tak menyangka bahwa Larry akan menghubunginya. Seharusnya ia masih bekerja.
"Aku sengaja pulang cepat agar kita punya banyak waktu untuk membahas tentang.."
"Aku sedang makan malam dengan Jean dan Geraldine," jawab Lee, cepat. "Kau bisa menungguku di apartemen. Sebentar lagi aku akan pulang."
"Baiklah," terdengar pintu lift terbuka pada saat Larry berbicara. "Aku akan.."
Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang cukup keras dan sambungan telepon terputus.
Lee terhenyak. Dia tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia mencoba menghubungi Larry namun tidak ada respon.
Lee menjadi tidak tenang.
- Bab 16, Selamat Pagi, dr.Biel, AFR
Comments
Post a Comment