Bab 13 - Alexandra Heffner
Lee memperhatikan Alexandra Heffner yang duduk di seberangnya.
Alexandra memiliki wajah aristokrat yang dilapisi dengan make up natural.
Hari ini dia tampak begitu datar meskipun dia dikenal sebagai pribadi yang kuat dan bersemangat ketika berada di ruang pengadilan. Dia adalah seorang jaksa penuntut perempuan kenamaan New York yang tidak kenal ampun kepada lawannya. Media selalu menyukainya. Dia seperti pahlawan.
Pembela kebenaran.
"Pistol yang digunakan oleh Laura teregister atas namamu, Mrs. Heffner," ulang Lee. "Bisakah kau jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?"
Alexandra tak bergeming.
"Mrs. Heffner?" panggil Lee.
Alexandra menatap Lee dengan wajah memerah. Tak lama ia mulai menitikkan air matanya.
Lee menepuk punggung tangan Alexandra dan menyodorkan kotak tissue yang berada di meja kerjanya.
Alexandra mengambil selembar tissue, berusaha menghapus air matanya dan bernapas dengan susah payah.
"Kau bisa mengatakan segalanya padaku dan aku berjanji akan membantumu, Mrs. Heffner."
"Aku yang memberikan pistol itu kepada si perawat," Alexandra mengatakannya dengan mantap dan wajahnya tampak lega. "Aku hanya ingin Laura baik-baik saja."
"Mengapa kau ingin dia baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Ayahnya melecehkannya dan membiarkan teman-temannya melakukannya juga."
"Bill Hefner?"
"Kau pasti tidak akan percaya, bukan?" Alexandra tersenyum, getir. "Karena dia public figure?"
Lee menatap Alexandra dengan simpatik.
"Aku tidak menyangka bahwa aku menikahi laki-laki seperti ayahku. Ini sangat ... menyedihkan."
Alexandra mulai menangis lagi.
Lee teringat Robert Franklin, Jaksa Agung yang dibunuhnya lima bulan yang lalu. Ia menggantung Robert di Jembatan Golden Gate di San Fransisco. Jembatan yang selalu digunakan orang untuk bunuh diri dengan cara menceburkan diri.
Butuh banyak dana bagi pemerintah setempat untuk melakukan pencegahan dengan membuat jaring pengaman. Bahkan beberapa kelompok masyarakat ikut membantu karena begitu khawatir dengan tingginya angka bunuh diri yang terjadi di jembatan itu.
Lee sengaja menggantung Robert disana untuk memastikan bahwa media akan meliputnya dengan leluasa. Ia menggantung Robert dengan melingkarkan sobekan kardus di lehernya dengan bertuliskan : Aku adalah pemerkosa berantai.
Tentu saja itu membuat publik gempar karena selama ini Robert Franklin dikenal sebagai pribadi tanpa kecacatan. Dia dan keluarga sempurnanya selalu menjadi panutan.
Tidak ada yang tahu bahwa dia seorang pemerkosa atas anak-anaknya sendiri serta sejumlah perempuan muda yang diculiknya untuk dibawa ke apartemen khususnya di San Fransisco.
Geraldine berhasil mendapatkan salah satu korban Robert yang memiliki keberanian untuk membongkar kebusukan Robert. Namanya Alexandra Franklin. Anak perempuan sulung Robert yang tidak tahan lagi menghadapi iblis dari masa kecilnya.
Alexandra langsung ditangani oleh Geraldine dan berangsur ia mulai berhasil membaik. Sayangnya, Alexandra kemudian menikahi Bill Heffner dan ia tiba-tiba memutuskan kontak dengan Geraldine.
Alexandra kembali mengontak Geraldine untuk membantu anak tirinya, Laura Heffner, yang melakukan pembunuhan atas dua psikiater yang merawatnya. Geraldine kemudian menugaskan Lee untuk menangani Laura.
"Aku ingin memastikan bahwa Laura baik-baik saja, kau tahu?" Alexandra tampak sedikit tenang lagi. "Tapi aku tidak menyangka bahwa dia akan menembak perawat itu. Aku benar-benar sangat menyesal."
"Kau tidak menyesal, Mrs.Heffner," potong Lee, pelan.
Alexandra menatap Lee. Wajahnya memang tidak tampak menyesal, sebaliknya dia tampak begitu puas.
"Kau menggunakan Laura untuk menyelesaikan mimpi burukmu," Lee melanjutkan.
Alexandra mengumpat dengan tersenyum getir. "Apakah itu terlihat dengan jelas?"
"Kau aktris yang buruk."
Alexandra tertawa.
Lee memperhatikan Alexandra dengan seksama. Dia tahu dia harus melakukan sesi yang lebih banyak dengan Alexandra.
- Selamat Pagi, dr.Biel, Bab 13, AFR
Lee tahu dia harus melakukan sesi yang lebih banyak dengannya.
- Selamat pagi, dr.biel, bab 13, AFR
Comments
Post a Comment