Bab 10 : Benang Merah
"Manusia memiliki permasalahan dalam hidupnya. Namun tidak ada yang bisa memecahkan permasalahannya jika sang manusia tidak ingin melakukan apa-apa. Kami di sini hanya dapat membantu menguraikan benang merahnya saja "
Begitulah kurang lebih pernyataan seorang psikolog yang berada di kampusku. Dia seorang perempuan muda, alumni, yang memutuskan bekerja di bagian konseling universitas.
Pelayanan konseling yang ada sebenarnya ditujukan untuk permasalahan akademik. Tapi menurut sang psikolog, faktor-faktor yang memicu permasalahan akademik bisa darimana saja.
Aku mendatangi psikolog bersama sahabatku. Kami merasa membutuhkan seorang pembimbing, pihak yang netral untuk menjelaskan keadaan yang kami alami. Tapi nyatanya, secara terpisah kami membahas permasalahan yang lebih dalam dan personal. Kami mengerti bahwa ada sebuah gunung es yang harus dihadapi. Tapi kami berdua tidak tahu harus memulai darimana dan bagaimana.
Aku berusia kurang lebih 19 tahun saat itu. Muda tapi sudah tercabik.
Pada dasarnya aku menyukai dunia kampusku. Ini merupakan dunia teraman dimana aku merasa segalanya begitu teratur.
Aku tinggal di asrama dan meskipun kamarku kecil tapi aku senang berada di dalamnya.
Ini Hogwarts kecilku.
Aku dan kedua sahabat dekatku selalu memutuskan menghabiskan waktu bersama. Kesamaan yang kami miliki adalah kami sama-sama tidak terlalu suka menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak penting. Kami hanya fokus untuk mendapatkan nilai yang baik dan lulus kuliah tidak lebih dari empat tahun. Itu sebabnya sementara yang lain masih dapat bertahan di kantin dan tempat-tempat tongkrongan yang menyenangkan di kampus, kami bertiga sudah kembali ke tempat masing-masing dan beristirahat. Setidaknya untuk kedua sahabatku kembali ke rumah masing-masing.
Sementara aku, ada hal yang lebih menyenangkan yang dapat kulakukan begitu tiba di asrama.
Aku mulai tertarik dengan dunia maya. Pada saat itu aplikasi yang paling terkenal adalah yahoo messanger dimana terdapat banyak kamar chat.
Aku bisa berinteraksi dengan banyak orang dari luar. Tapi aku tidak berinteraksi dengan orang seumuranku. Pada saat itu aku memilih untuk mengenal orang yang jauh lebih tua dariku. Sebagian besar mereka adalah laki-laki dengan kisaran usia 30 - 56 dengan latar belakang cerai, berada dalam pernikahan yang menyedihkan dan para lajang yang tidak ingin berkomitmen tapi kesepian.
Beberapa dari mereka ini kemudian memutuskan untuk memberikanku hadiah : boneka, coklat , ponsel dan uang yang kemudian dapat kucairkan di Western Union di bank yang ada di kampusku.
Salah satu orang yang paling berpengaruh padaku saat itu adalah Mike Kelly. Seorang duda tanpa anak yang tinggal di Australia. Dia bukan seorang yang kaya dan satu-satunya orang yang tidak pernah memberikanku apa-apa. Tapi dia selalu punya waktu dan terkadang kita hanya menghabiskan waktu sambil membiarkan kamera menyala. Jadi aku bisa melihatnya sibuk memasak, membenahi kamarnya, atau melihatnya berbicara sambil mengerjakan soal-soal latihan untuk ujian yang harus dilaluinya untuk menjadi seorang masinis.
Dia bukan seorang laki-laki yang penuh kata-kata manis. Dia berkata apa adanya dan tidak merasa bersalah sedikitpun. Jadi , itulah yang menyebabkanku bergantung padanya.
Setiap hari aku akan merasa kelelahan secara emosional dan Mike akan membuatku tertawa.
Aku pernah berpikir bahwa mungkin Mike adalah pasangan yang tepat untukku. Tapi Mike mengatakan bahwa usia kita terlalu jauh dan bahwa akan ada laki-laki yang tepat untukku. Yang lebih baik darinya.
Itu penolakan yang kemudian mengingatkanku untuk menyalahkan diriku sendiri. Lihatlah, bahkan Mike tidak ingin bersamamu.
Bab 10 , Benang Merah, Jurnal 30, AFR
Comments
Post a Comment