Bab 4 : Jadi?
Jadi, kenapa harus mati?
Aku bertanya pada diriku sendiri.
Apa yang bisa diberikan oleh kematian yang kehidupan tidak dapat berikan?
Kebebasan? Tidak ada lagi rasa sakit?
Benarkah itu?
Apa yang akan terjadi jika kita mati? Ke Surgakah? Nerakakah? Tapi versi yang mana? Apakah aku akan kekal di dalamnya atau mereka akan menarikku dari satu tempat ke tempat lainnya?Atau , atau aku hanya akan menjadi bagian dari alam? Terurai?
Aku tak pernah tahu.
Aku ingin mati. Tapi aku tidak tahu apa sebenarnya tujuanku untuk mati. Aku merasa dunia ini bukanlah untukku. Aku merasa tidak seharusnya berada disini. Aku kesakitan. Jauh, jauh di lubuk hatiku. Ada lubang menganga. Ada sesuatu yang kosong yang tidal bisa kujabarkan. Tapi aku tahu hampir dari orang-orang yang kutemui merasakan hal serupa. Jadi, apakah ini sesuatu yang manusiawi?
Jadi aku bertanya sekali lagi pada diriku. Apakah aku benar benar ingin mati atau aku hanya sedang menghibur diriku dengan sesuatu yang merana? Bukankah manusia dapat menjadi begitu terikat pada nuansa kesedihan? Tragedi? Itu kenapa dari mereka menyukai perselisihan dan melihat korban berjatuhan supaya mereka bisa mendapatkan alasan untuk bersedih?
Terlalu jauh. Aku tahu.
Jadi, kenapa aku harus mati bukanlah menjadi suatu hal yang harus kujawab. Ada jutaan alasan untuk mati. Tapi aku tahu bahwa seluruh tubuhku memutuskan untuk bertahan hidup sampai titik darah penghabisan.
Jadi kuhabiskan energiku melawan diriku sendiri.
Itukah yang sebenarnya membuatku merana?
Aku tidak mengerti lagi.
Tapi aku melihat diriku di cermin. Aku tidak lagi membenci diriku.Aku menyayanginya. Jadi, kupeluk diriku dan berkata, " mungkin kita tidak perlu cepat-cepat mati. Mungkin kita hanya perlu belajar bertahan saja dengan cara kita sendiri".
Ya, benar sekali! Ada banyak manusia di luar sana yang berjualan metode bertahan hidup di alam yang fana ini untuk manusia. Tapi aku tidak suka. Aku ingin mencarinya sendirian. Aku mungkin tidak akan mampu menyibak semua misteri kehidupan ini. Dunia ini. Alam semesta ini. Tapi aku ingin mencobanya.
Tidak, aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak memiliki instrumen apapun untuk melakukan pengujian. Aku hanya punya satu cara untuk itu : Mencoba menjadi jujur. Ya, benar sekali. Cara yang paling sulit kulakukan karena selama ini aku terbiasa hidup dalam kebohongan yang diatur dengan sangat apik (?).
Bab 4, AFR, Jurnal 30
Comments
Post a Comment